468x60 Ads


Adat bak Poteu Meureuhôm, Hukôm bak Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak Lakseumana

Ba Ranub dalam Adat Aceh


Ranup Aceh
Ba ranup atau membawa sirih adalah sebuah tradisi sakral dalam adat Aceh pada saat melakukan prosesi perkawinan. Kebiasaan ini terus dipertahankan secara turun-temurun.

Sebelum ba ranub, terlebih dahulu pihak keluarga akan mengirim seorang utusan yang disebut seulangke untuk mengurusi perjodohan. Jika seulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud, maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.

Pada hari yang telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari pihak pria ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih (ba ranub) sebagai penguat ikatan.


Dalam prosesi ba ranub, sirih yang digunakan merupakan sirih pilihan.  Kemudian sirih-sirih itu digunakan untuk membuat mahkota yang menyerupai kupiah meukutop, bentuk kupiah Sultan Iskandar Muda.

Cara menyusunnya tidaklah mudah, dibutuhkan keahlian khusus. Pertama dibutuhkan tunas pisang yang panjangnya sekitar 100 centimeter untuk diletakkan dalam cerana berkaki. Batang pisang itu sebagai tempat ditempelnya daun sirih secara melingkar hingga membentuk kupiah meukutop.

Agar lebih menarik, biasanya dihiasi dengan gantungan biji pinang yang sudah dibelah kecil-kecil, gambir, kapur dan bunga cengkeh yang dibungkus dengan kertas warna-warni. Satu lagi tembakau sugi.

Dalam kebiasaan orang Aceh, makan sirih adalah hal yang lumrah dilakukan masyarakat Aceh. Makan sirih tidak lengkap bila tidak ditambah semua pernak-pernik yang disebutkan di atas.

Perlengkapan lainnya ketika ba ranub adalah batee ranub atau cerana tanpa kaki yang diisi dengan biji-bijian. Seperti benih padi, mentimun, labu, dan kunyit. Ditengah-tengah biji-bijian itu diletakkan cincin atau kalung emas sebagai mahar. Selanjutnya cerana tadi dibungkus dengan kain kuning.

Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut. 

Menurut orang tua di Aceh, proses jak ba ranub merupakan pengikat hubungan antara pihak keluarga calon dara baro (pengantin perempuan). Dimana, sirih di Aceh memiliki simbol kemulian.


Sumber Foto


Comments
0 Comments