Ranup Aceh |
Ba
ranup atau membawa sirih adalah
sebuah tradisi sakral dalam adat Aceh pada saat melakukan prosesi perkawinan. Kebiasaan
ini terus dipertahankan secara turun-temurun.
Sebelum ba
ranub, terlebih dahulu pihak keluarga akan mengirim seorang utusan
yang disebut seulangke untuk mengurusi perjodohan. Jika seulangke telah mendapatkan gadis
yang dimaksud, maka terlebih dahulu dia akan meninjau status sang gadis.
Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu.
Pada hari yang
telah disepakati datanglah rombongan orang-orang yang dituakan dari pihak pria
ke rumah orangtua gadis dengan membawa sirih (ba
ranub)
sebagai penguat ikatan.
Dalam prosesi ba ranub, sirih yang
digunakan merupakan sirih pilihan. Kemudian
sirih-sirih itu digunakan untuk membuat mahkota yang menyerupai kupiah meukutop, bentuk kupiah Sultan Iskandar Muda.
Cara menyusunnya tidaklah mudah,
dibutuhkan keahlian khusus. Pertama dibutuhkan tunas pisang yang
panjangnya sekitar 100 centimeter untuk diletakkan dalam
cerana berkaki. Batang pisang itu sebagai tempat ditempelnya
daun sirih secara melingkar hingga membentuk kupiah meukutop.
Agar lebih menarik, biasanya dihiasi dengan
gantungan biji pinang yang sudah dibelah kecil-kecil, gambir, kapur dan bunga
cengkeh yang dibungkus dengan kertas warna-warni. Satu lagi tembakau sugi.
Dalam kebiasaan orang Aceh, makan sirih adalah
hal yang lumrah dilakukan masyarakat Aceh. Makan sirih tidak lengkap bila tidak
ditambah semua pernak-pernik yang disebutkan di atas.
Perlengkapan lainnya ketika
ba ranub
adalah batee ranub atau cerana tanpa kaki yang diisi dengan
biji-bijian. Seperti benih padi, mentimun, labu, dan kunyit. Ditengah-tengah
biji-bijian itu diletakkan cincin atau kalung emas sebagai mahar. Selanjutnya cerana
tadi dibungkus dengan kain kuning.
Setelah acara lamaran selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang
dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak
gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut.
Menurut orang tua di Aceh, proses
jak ba ranub merupakan
pengikat hubungan antara pihak keluarga calon dara baro (pengantin perempuan).
Dimana, sirih di Aceh memiliki simbol kemulian.
Sumber Foto